KATA PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat ALLAH Swt. Yang telah melimpahkan
kepada umatnya, atas ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tulis ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad Saw, yang mengantarkan kita dari jaman jahiliah menu ju
jaman ilmiah seperti sekarang ini.
Makalah
ini di susun untuk menyelesaikan salah satu tugas PKN di MA Al-aman Cimanggu Tahun pelajaran 2018/2019
Tujuan penulisan makalah ini tidak lepas dari kerjasama
dengan beberapa pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah tulis ini.
Untuk itu,penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu
Dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat
membangun dan mendidik demi kesempurnaan makalah tulis ini. Semoga makalah
tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pada umumnya dan penulis khususnya,
Amin…
Cimanggu, September 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C.
Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Konferensi Asia Afrika................................................................................................ 3
B.
Lahirnya Ide Konferensi.............................................................................................. 3
C.
Usaha-usaha Persiapan
Konferensi.............................................................................. 5
D.
Tujuan Konferensi....................................................................................................... 6
E.
Peserta dan waktu
Konferensi...................................................................................... 7
F.
Struktur Organisasi Panitia
Pelaksana......................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................................. 12
B.
Saran........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berakhirnya
Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi
permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan
keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama di belahan bumi Asia
Afrika, masih ada masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan permusuhan
yang terus berlangsung, bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di Jazirah
Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika Selatan, Afrika Utara.
Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi maupun kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap blok berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika agar menjadi pendukung mereka. Hal ini mengakibatkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana permusuhan yang terselubung di antara kedua blok itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan sebutan "perang dingin".
Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi maupun kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap blok berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika agar menjadi pendukung mereka. Hal ini mengakibatkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana permusuhan yang terselubung di antara kedua blok itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan sebutan "perang dingin".
Timbulnya
pergolakan dunia disebabkan pula oleh masih adanya penjajahan di bumi kita ini,
terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945, pada umumnya
benua Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam aneka bentuk.
Tetapi sej ak tahun 1945, banyak daerah di Asia Afrika menjadi negara merdeka
dan banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa mereka
seperti Aljazair, Tunisia, dan Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo
Cina; dan di ujung selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yeng telah
merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan
seperti Indonesia tentang Irian Barat, India dan Pakistan tentang Kashmir,
negara-negara Arab tentang Palestina. Sebagian bangsa Arab-Palestina terpaksa
mengungsi, karena tanah air mereka diduduki secara paksa oleh pasukan Israel
yang dibantu oleh Amerika Serikat.
Sementara itu bangsa-bangsa di dunia,
terutama bangsa-bangsa Asia Afrika, sedang dilanda kekhawatiran akibat makin
dikembangkannya pembuatan senjata nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia.
Situasi dalam negeri dibeberapa negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih
terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa penjajahan
(politik devide et impera) dan perang dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun
pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang berfungsi menangani masalah¬masalah dunia, namun nyatanya badan ini
belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat
yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagaian besar diderita oleh
bangsa-bangsa di Asia Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya
gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.
B. Rumusan Masalah
2.
Bagaimana Lahirnya Ide
Konferensi
3.
Apa Usaha-usaha Persiapan
Konferensi
4.
Apa Tujuan Konferensi
5.
Bagaimana Peserta dan waktu
Konferensi
6.
Struktur Organisasi Panitia
Pelaksana
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui tentang Tujuan Utama Dari Konferensi Asia Afrika
1.
Mengetahui Sejarah
Konferensi Asia Afrika
2.
Mengetahui Lahirnya Ide
Konferensi
3.
Mengetahui Usaha-usaha
Persiapan Konferensi
4.
Mengetahui Apa Tujuan
Konferensi
5.
Mengetahui Peserta dan
waktu Konferensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Konferensi Asia Afrika
Konferensi
Tingkat Tinggi Asia–Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga
disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara
negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh
kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma),
Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh
Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung
antara 18 April-24 April 1955,
di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan
mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis
lainnya.
Sebanyak
29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu
mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang
sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan
mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka
mengenai ketegangan antara Republik Rakyat
Cina dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk
membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka
dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh
Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk
mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
B. Lahirnya Ide Konferensi
Keterangan
Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang disampaikan oleh Perdana
Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo, di depan parlemen pada tanggal 25 Agustus 1953,
menyatakan "Kerja sama dalam golongan negara-negara Asia Arab (Afrika)
kami pandang penting benar, karena kami yakin, bahwa kerja sama erat antara
negara-negara tersebut tentulah akan memperkuat usaha ke arah tercapainya
perdamaian dunia yang kekal. Kerja sama antara negara-negara Asia Afrika
tersebut adalah sesuai benar dengan aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) yang menyenangi kerja sama kedaerahan (regional arrangements).
Lain dari itu negara¬negara itu pada umumnya memang mempunyai
pendirian-pendirian yang sama dalam beberapa soal di lapangan internasional,
jadi mempunyai dasar sama (commonground) untuk mengadakan golongan yang khusus.
Dari sebab itu kerja sama tersebut akan kami lanjutkan dan pererat". Bunyi
pernyataan tersebut mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk
mempererat kerja sama di antara Negara-negara afrika.
Pada
awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John Kotelawala
mengundang para Perdana Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru),
Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud
mengadakan suatu pertemuan infor¬mal di negaranya. Undangan tersebut diterima
baik oleh semua pimpinan pemerintah negara yang diundang. Pertemuan yang
kemudian disebut Konferensi Kolombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April
sampai dengan 2 Mei 1954. Konferensi ini membicarakan masalah-masalah yang
menjadi kepentingan bersama.
Yang
menarik perhatian para peserta konferensi, diantaranya pertanyaan yang diajukan
oleh Perdana Menteri Indonesia "Where do we stand now, we the
peoples ofAsia, in this world of ours to day?" ("Dimana sekarang kita
berdiri, bangsa Asia sedang berada di tengah-tengah persaingan
dunia?"), kemudian pertanyaan itu dijawab sendiri dengan
menyatakan
"We have now indeed arrived at the
cross-roads of the history of mankind. It is therefore that we Prime Ministers
of five Asian countries are meeting here to discuss those crucial problems of
the peoples we represent. There are the very problems which urge Indonesia to
propose that another conference be convened wider in scope, between the African
andAsian nations. Iam convinced that the problems are not only convened to the
Asian countries represented here but also are of equal importance to the
African and other Asian countries". ("Kita sekarang berada
dipersimpangan jalan sejarah umat manusia. Oleh karena itu kita lima Perdana
Menteri negara-negara Asia bertemu di sini untuk membicarakan masalah-masalah
yang krusial yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang kita wakili. Ada
beberapa hal yang mendorong Indonesia mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan
lain yang lebih luas, antara negara-negara Afrika dan Asia. Saya percaya bahwa
masalah-masalah itu tidak hanya terjadi di negara-negara Asia yang terwakili di
sini, tetapi juga sama pentingnya bagi negara-negara di Afrika dan Asia
lainnya").
Pernyataan tersebut memberi arah kepada
lahirnya Konferensi Asia Afrika.
Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia
Afrika diadakan, diajukan pula oleh Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu
akhirnya diterima oleh semua peserta konferensi, walaupun masih dalam suasana
keraguan.
Perdana Menteri Indonesia pergi ke Kolombo
untuk memenuhi urndangan Perdana Menterl Srilanka dengan membawa bahan-bahan
hasil perumusan Pemerintah Indonesia. Bahan-bahan tersebut merupakan hasil
rapat dinas Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di negara-negara Asia dan Afrika
yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mr. Sunario. Rapat dinas tersebut
diadakan di Tugu (Bogor) pada tanggal 9 sampai dengan 22 Maret 1954.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkinannya mengadakan konferensi semacam itu.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkinannya mengadakan konferensi semacam itu.
C. Usaha-usaha Persiapan Konferensi
Di
atas telah diungkapkan bahwa Konferensi Kolombo menugaskan Indonesia agar
menjejaki kemungkinan untuk diadakannya Konferensi Asia Afrika. Dalam rangka
menunaikan tugas itu Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan melalui saluran
diplomatik kepada 18 negara Asia Afrika. Maksudnya, untuk mengetahui sejauh
mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide mengadakan Konferensi Asia
Afrika. Dalam pendekatan tersebut dijelaskan bahwa tujuan utama konferensi itu
ialah untuk membicarakan kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia Afrika pada
saat itu, mendorong terciptanya perdamaian dunia, dan mempromosikan Indonesia
sebagai tempat konferensi. Ternyata pada umumnya negara-negara yang dihubungi
menyambut baik ide tersebut dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumahnya,
walaupun dalam hal waktu dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat yang
berbeda.
Pada
tanggal 18 Agustus 1954, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India, melalui
suratnya, mengingatkan Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan situasi
dunia dewasa itu yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul untuk
mengadakan Konferensi Asia Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam menerima
usul itu masih disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul tersebut
dilaksanakan. Barulah setelah kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada tanggal
25 September 1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan konferensi
semacam itu, seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir kunjungan
Perdana Menteri Indonesia
"The
prime Ministers discussed also the proposal to have a conference of
representatives of Asian and African countries and were agreed that a
conference of this kind was desirable and world be helpful in promoting the
cause of peace and a common approach to these problems. It should be held at an
early date".
("Para Perdana Menteri telah
membicarakan usulan untuk mengadakan sebuah konferensi yang mewakili
negara-negara Asia dan Afrika serta menyetujui konferensi seperti ini sangat
diperlukan dan akan membantu terciptanya perdamaian sekaligus pendekatan
bersama ke arah masalah (yang dihadapi). Hendaknya konferensi ini diadakan
selekas mungkin").
Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana
Menteri Birma U Nu pada tanggal 28 September 1954.
Dengan demikian, maka usaha-usaha penyelidikan atas kemungkinan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika dianggap selesai dan berhasil serta usaha selanjutnya ialah mempersiapkan pelaksanaan konferensi itu.
Dengan demikian, maka usaha-usaha penyelidikan atas kemungkinan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika dianggap selesai dan berhasil serta usaha selanjutnya ialah mempersiapkan pelaksanaan konferensi itu.
Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para
Perdana Menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma, Srilanka, India, Indonesia,
dan Pakistan) mengadakan konferensi di Bogor pada tanggal 28 dan 29 Desember
1954, yang dikenal dengan sebutan Konferensi Panca Negara. Konferensi ini
membicarakan persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia Afrika diadakan atas penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta konferensi tersebut menjadi negara sponsornya.Undangan kepada negara-negara peserta disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.
Konferensi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia Afrika diadakan atas penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta konferensi tersebut menjadi negara sponsornya.Undangan kepada negara-negara peserta disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.
D. Tujuan Konferensi
Konferensi Bogor menghasilkan 4
(empat) tujuan pokok Konferensi Asia Afrika, yaitu
1. Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika, untuk menjelajah serta memaj ukan kepentingan-kepentingan mereka, baik yang silih ganti maupun yang bersama, serta untuk menciptakan dan memajukan persahabatan serta perhubungan sebagai tetangga baik;
1. Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika, untuk menjelajah serta memaj ukan kepentingan-kepentingan mereka, baik yang silih ganti maupun yang bersama, serta untuk menciptakan dan memajukan persahabatan serta perhubungan sebagai tetangga baik;
2. Untuk mempertimbangkan soal-soal serta
hubungan-hubungan di lapangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan negara yang
diwakili;
3. Untuk mempertimbangkan soal-soal yang
berupa kepentingan khusus bangsa-bangsa Asia dan Afrika, misalnya soal-soal
yang mengenai kedaulatan nasional dan tentang masalah-masalah rasialisme dan
kolonialisme;
4. Untuk meninjau kedudukan Asia dan Afrika,
serta rakyat¬rakyatnya di dalam dunia dewasa ini serta sumbangan yang dapat
mereka berikan guna memajukan perdamaian serta kerja sama di dunia.
E. Peserta dan waktu Konferensi
Negara-negara
yang diundang disetujui berjumlah 25 negara, yaitu : Afganistan, Kamboja,
Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat Tiongkok (China), Mesir, Ethiopia,
Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Lebanon, Liberia,
Libya, Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muang Thai), Turki,
Republik Demokrasi Viet-nam (Viet-nam Utara), Viet-nam Selatan, dan Yaman.
Waktu konferensi ditetapkan pada minggu terakhir April 1955.
Mengingat
negara-negara yang akan di undang mempunyai politik luar negeri serta sistem
politik dan sosial yang berbeda-beda, Konferensi Bogor menentukan bahwa
menerima undangan untuk turut dalam Konferensi Asia Afrika tidak berarti bahwa
negara peserta tersebut akan berubah atau dianggap berubah pendiriannya
mengenai status dari negara-negara lain. Konferensi menjunjung tinggi pula azas
bahwa bentuk pemerintahan atau cara hidup sesuatu negara sekali¬sekali tidak
akan dapat dicampuri oleh negara lain. Maksud utama konferensi ialah supaya
negara-negara peserta menjadi lebih saling mengetahui pendirian mereka masing-masing.
F. Struktur Organisasi Panitia Pelaksana
Dalam
persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, Indonesia membentuk sekretariat
konferensi yang diwakili oleh negara-negara penyelenggara.
Guna mewujudkan keputusan-keputusan Konferensi
Bogor, segera dibentuk Sekretariat Bersama (Joint Secretariat) oleh lima negara
penyelenggara. Indonesia diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Luar
Negeri Roeslan Abdul Gani yang juga menjadi ketua badan itu, dan 4 (empat)
negara lainnya diwakili oleh Kepala¬kepala Perwakilan mereka masing-masing di
Jakarta, yaitu U Mya Sein dari Birma, M. Saravanamuttu dari Srilanka, B.F.H.B.
Tyobji dari India, dan Choudhri Khaliquzzaman dari Pakistan. Di dalam Sekretariat
Bersama itu terdapat 10 (sepuluh) orang staf yang melaksanakan pekerjaan
sehari-hari, terdiri atas 2 (dua) orang dari Birma, seorang dari Srilanka, 2
(dua) orang dari India, 4 (empat) orang dari Indonesia, dan seorang dari
Pakistan. Selain itu terdapat pula 4 (empat) komite terdiri atas Komite
Politik, Komite Ekonomi, Komite Sosial, Komite Kebudayaan. Selain itu, ada pula
panitia yang menangani bidang¬bidang : keuangan, perlengkapan, dan pers.
Pemerintah Indonesia sendiri pada tanggal 11
Januari 1955 membentuk Panitia Interdepartemental (Interdepartemental
Committee) yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal SekretariatBersama dengan
anggota-anggota dan penasehatnya berasal dari berbagai departemen guna membantu
persiapan-persiapan konferensi itu. Di Bandung, tempat diadakannya konferensi,
dibentuk Panitia Setempat (Local Committee) pada tanggal 3 Januari 1955 dengan
ketuanya Sanusi Hardjadinata, Gubernur Jawa Barat. Panitia Setempat bertugas
mempersiapkan dan melayani soal-soal yang bertalian dengan akomodasi, logistik,
transport, kesehatan, komunikasi, keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan
lain-lain.
Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun
dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang konferensi. Hotel Homann, Hotel
Preanger, dan 12 (dua belas) hotel lainnya serta perumahan perorangan dan
pemerintah dipersiapkan pula sebagai tempat menginap para tamu yang berjumlah
1300 orang. Keperluan transport dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus,
dengan jumlah 230 orang sopir dan 350 ton bensin tiap hari serta cadangan 175
ton bensin.
Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan terakhir di Bandung pada tanggal 17 April 1955, Presiden RI Soekarno meresmikan penggantian nama Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi Warna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan konferensi dan menciptakan suasana konferensi yang sesuai dengan tujuan konferensi.
Pada tanggal 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan kepada kepala pemerintahan 25 (dua puluh lima) negara Asia dan Afrika. Dari seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak undangan itu, yaitu Federasi Afrika Tengah (Central African Federation), karena memang negara itu masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya. Sedangkan 24 (dua puluh empat) negara lainnya menerima baik undangan itu, meskipun pada mulanya ada negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar delegasi peserta konferensi tiba di Bandung lewat Jakarta pada tanggal 16 April 1955.
Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan terakhir di Bandung pada tanggal 17 April 1955, Presiden RI Soekarno meresmikan penggantian nama Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi Warna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan konferensi dan menciptakan suasana konferensi yang sesuai dengan tujuan konferensi.
Pada tanggal 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan kepada kepala pemerintahan 25 (dua puluh lima) negara Asia dan Afrika. Dari seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak undangan itu, yaitu Federasi Afrika Tengah (Central African Federation), karena memang negara itu masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya. Sedangkan 24 (dua puluh empat) negara lainnya menerima baik undangan itu, meskipun pada mulanya ada negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar delegasi peserta konferensi tiba di Bandung lewat Jakarta pada tanggal 16 April 1955.
3.7 Pelaksanaan Konferensi
Pada hari Senin 18 April 1955, sejak fajar
menyingsing telah tampak kesibukan di Kota Bandung untuk menyambut pembukaan
Konferensi Asia Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB kedua tepi sepanjang Jalan Asia
Afrika dari mulai depan Hotel Preanger sampai dengan kantor pos, penuh sesak
oleh rakyat yang ingin menyambut dan menyaksikan para tamu dari berbagai
negara. Sementara para petugas keamanan yang terdiri dari tentara dan polisi
telah siap di tempat tugas mereka untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari
berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel Preanger menuju
Gedung Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika.
Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional masing-masing yang beraneka
corak dan wama. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang berderet disepanjang
Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang gembira. Perjalanan
para delegasi dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan
nama Langkah Bersejarah (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua
delegasi masuk ke dalam Gedung Merdeka.
Dalam
kesempatan tersebut Presiden RI Ir. Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta
konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang
sosial dan budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda.
Meskipun demikian, kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang
sama akibat kolonialisme, oleh ketetapan hati yang sama dalam usaha
mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya
beliau mengatakan
“Saya berharap konferensi ini akan menegaskan
kenyataan, bahwa kita, pemimpin pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia
dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan
keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia-Afrika tidak akan terjamin. Saya
harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan
kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan
perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika
telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah
lahir!")
Pidato Presiden RI Ir. Soekarno berhasil
menarik perhatian, mempesona, dan mempengaruhi hadirin, terbukti dengan adanya
usul Perdana Menteri India yang didukung oleh semua peserta konferensi untuk
mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada Presiden atas pidato pembukaannya.
Pada
pukul 10.45 WIB., Presiden RI Ir. Soekarno mengakhiri pidatonya, dan
selanjutnya bersama rombongan meninggalkan ruangan. Perdana Menteri Indonesia,
sebagai pimpinan sidang sementara, membuka sidang kembali. Atas usul Ketua
Delegasi Mesir (Perdana Menteri Gamal Abdel Nasser) yang kemudian disetujui
oleh pimpinan delegasi-delegasi : Republik Rakyat Cina, Yordania, dan Filipina,
serta karena tidak ada calon lain yang diusulkan, maka secara aklamasi Perdana
Menteri Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua
Sekretariat Bersama Konferensi, Roeslan Abdulgani dipilih sebagai Sekretaris
Jenderal Konferensi.
Sidang
konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya
bagi peserta konferensi. Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite
Ekonomi, dan Komite Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya
disetujui oleh sidang dan susunan pimpinan konferensi adalah sebagai berikut :
Ketua Konferensi : Mr. Ali
Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Politik Mr.
Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Ekonomi :
Prof. Ir. Roosseno,
Menteri Perekonomian Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Moh. Yamin,
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Indonesia
Dalam
komunike terakhir itu diantaranya dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika telah
meninjau soal-soal mengenai kepentingan bersama negara-negara Asia dan Afrika
dan telah merundingkan cara-cara bagaimana rakyat negara-negara ini dapat
bekerja sama dengan lebih erat di bidang ekonomi, kebudayaan, dan politik. Yang
paling mashur dari hasil konferensi ini ialah apa yang kemudian dinamakan Dasa
Sila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam
usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesepuluh prinsip itu ialah :
1.
Menghormati
hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas yang termuat dalam
piagam PBB.
2.
Menghormati
kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa-bangsa.
3.
Mengakui
persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan semua bangsa-bangsa besar maupun kecil.
4.
Tidak
melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal¬ soal dalam negeri negara
lain.
5.
Menghormati
hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian atau
secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6.
a. Tidak
mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi
kepentingan khusus dari salah
satu dari negara-negara
besar.
b. Tidak
melakukan tekanan terhadap negara lain.
7.
Tidak melakukan
tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap
integritas teritorial atau kemerdekaan politik sesuatu negara.
8.
Menyelesaikan
segala perselisihan-perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hakim atau pun lain-lain
cara damai lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai
dengan Piagam PBB.
9.
Memajukan
kepentingan bersama dan kerja sama.
10.
Menghormati
hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat-manfaat dari
Konferensi Asia – Afrika tersebut tidak hanya untuk negara-negara yang berada
di Asia atau Afrika saja tapi manfaatnya juga dapat dirasaan oleh negara-negara
di belahan bumi lainnya contohnya saja negara Jerman Timur dengan pembatasnya
yaitu tembok Berlin, dan setelah terselenggaranya Konferensi Asia – Afrika ini
tembok Berlin tersebut diruntuhkan dan akhirnya bersatu kembali wilayah
tersebut. Contohnya yang lain yaitu negara-negara di Asia yang bersengketa
karena memperebutkan pulau-pulau dapat diselesaikan dengan cara perundingan
atau kesepakatan.
Konferensi
Asia Afrika di Bandung, telah berhasil menggalang persatuan dan kerja sama di
antara negara-negara Asia dan Afrika, baik dalam menghadapi masalah
internasional maupun masalah regional.
Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral para
pejuang bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan
kemerdekaan tanah air mereka, sehingga kemudian lahirlah sejumlah negara
merdeka di benua Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan
semangat Dasa Sila Bandung semakin merasuk ke dalam tubuh bangsa-bangsa Asia
dan Afrika.
Jiwa
Bandung dengan Dasa Silanya telah mengubah pandangan dunia tentang hubungan
internasional. Bandung telah melahirkan faham Dunia Ketiga atau
"Non-Aligned' terhadap Dunia Pertamanya Washington dan Dunia Keduanya
Moscow. Jiwa Bandung telah mengubah juga struktur Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB
B. Saran
Kita
sebagai warga negara Indonesia harusnya dapat memahami arti dari perjuangan,
kita tidak akan pernah berhasil mencapai suatu tujuan yang kita inginkan tanpa
diiringi suatu usha atau perjuangan, hal itulah yang telah dilakukan oleh para
pahlawan kita yang terdahulu untuk memperjuangkan agar negara kita ini dapat
menjadi suatu negara yang bebas dan merdeka.
DAFTAR PUSTAKA
Panduan
Museum Konperensi Asia Afrika, Departemen Luar Negeri RI Direktorat Jenderal
Informasi, Diplomasi Publik, Dan Perjanjian Internasional Museum Konperensi
Asia Afrika, 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar