KATA PENGANTAR
Allhamdulillah,
puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia yang berjudul Membangun Jatidiri Bangsa
Kami
menyadari sepenuhnya di dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan,
oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini.
Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan
khususnya bisa bermanfaat bagi penyusun dan dapat menambah wawasan .
Cimanggu, Januari 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR
ISI........................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah........................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Tumbuhnya Rasa
Kebangsaan dan Nasionalisme.................................................... 3
B. Perjuangan Organisasi
Pergerakan Kebangsaan....................................................... 6
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 14
B. Saran........................................................................................................................ 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Negara Indonesia ini memang terbentuk
melalui proses panjang atas dasar kesepakatan dan kesadaran nasionalisme para
pemuda dan terpelajar saat itu. Mereka tidak hanya berasal dari satu suku
bangsa, akan tetapi mereka berasal dari suku-suku bangsa yang ada di
Hindia-Belanda pada waktu itu. Begitu pula dalam hal keyakinan mereka sadar
bahwa mereka memang berbeda, akan tetapi mereka yakin, bahwa mereka mempunyai
tujuan yang mulia, yaitu mencapai Indonesia sebagai negara merdeka dan
berdaulat.
Bagi pemuda-pemuda saat itu perbedaan
pendapat adalah hal yang biasa, bukan untuk dipertentangkan dan
dipermasalahkan. Catatan sejarah menunjukkan, bahwa pada awal abad ke-20
keindonesiaan digagas oleh kalangan pemuda terpelajar. Pada tahun 1922, De
Indishe Vereeninging, yaitu suatu perkumpulan mahasiswa Hindia (nama sebelum
menjadi Indonesia) yang berada di negeri Belanda, nama itu kemudian berubah
menjadi Indonesische Vereeninging. Ketika nama Indonesia itu digunakan oleh
para kaum muda terpelajar Hindia yang sedang belajar di negeri Belanda konsep
Indonesia menjadi sebuah konsep politik. Maka, organisasi yang mulanya
merupakan perkumpulan sosial kemahasiswaan berubah menjadi organisasi yang
memperlihatkan kecenderungan politik. Jadi penggunaan nama Indonesia bukan hanya
sekedar didasarkan atas kondisi geografis dan antropologis saja. Pada tahun
1923, perkumpulan itu berubah lagi menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI).
Jelaslah bahwa keinginan kuat para pelajar itu untuk menampilkan diri sebagai
kekuatan nasionalisme Indonesia. Kenyataan itu menunjukkan hasrat kuat para
pemuda itu untuk memperjuangkan tercapainya kemerdekaan Indonesia yang
demokratis. Begitu pula dengan majalah organisasi itu juga diubah namanya dari
Hindia Poetera menjadi Indonesia Merdeka.
Sementara
itu, pemuda terpelajar di Indonesia menyebarkan paham kebangsaan, mereka
mengekspresikan melalui berbagai cara, antara lain melalui surat kabar, karya
sastra, rapat umum, lagu-lagu, serikat buruh, maupun perlawanan terhadap
kolonialisme.
B.Rumusan Masalah
Menguraikan bagaimana sejarah perjuangan
bangsa Indonesia melalui organisasi-organisasi pergerakan pada masa penjajahan
C.
Tujuan Makalah
Adapun maksud tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah agar kita tahu sejarah perjuangan bangsa Indonesia ini, dan
mengetahui bagaimana organisasi-organisasi pemuda pada zaman belanda bangkit.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Tumbuhnya Rasa Kebangsaan dan Nasionalisme
1.Politik
Etis
Politik Etis adalah kebijakan baru yang
di buat oleh Ratu Wilhelmina selaku Ratu Belanda untuk meningkatkan
kesejahteraan yang pernah mengalami penurunan pada abad ke 20. Semua itu di
picu oleh berubahnya sistem administrasi tradisional menjadi administrasi
modern yang mana pemerintahan mengambil alih sistem pemimpin pribumi ke sistem
birokrasi kolonial untuk mengambil posisi penting dari pemimpin daerah ke
tangan Belanda. Namun mendapatkan kritikan yang menyatakan bahawa
pemerintahannya telah mengeksploitasi wilayah jajahan untuk membangun negeri
mereka dan memperoleh keuntungan yang besar.
Awal abad 20, era Politik Etis di pimpin
oleh Menteri Jajahan AlexanderW.F. Indenburg yang kemudian menjadi Gubernur
Jendral Hindia Belanda ( 1909-1916 ). Politik Etis memiliki 3 program yaitu,
irigasi, edukasi, dan trasmigrasi yang membawa pengaruh besar terhadap
perubahan arah kebijakan politik Negeri Belanda atas Negara jajahannya. Serta
munculnya symbol baru yaitu “kemajuan”. Zaman kemajuan ditandai dengan
bergeraknya kaum wanita yang di pelopori R.A Kartini yang merupakan inspirasi
bagi kaum etis pada saat itu.
Semangat era etis adalah kemajuan menuju
moderanitas dengan adanya pendidikan gaya barat yang membuka peluangbagi
mobilitas social masyarakat di tanah Hindia/Indonesia. Pengaruhnya, muncul
sekelompok kecil intelektual bumiputra (“priyayi baru”) atas kesadaran bahwa
rakyat bumiputra harus mampu bersaing dengan bangsa lain untuk mencapai
kemajuan. Para kaum muda terpelajar inilah yang kemudian membentuk kesadaran
“nasional” sebagai bumiputra di Hindia, dan bergerak bersama “bangsa-bangsa”
lain dalam garis waktu yang tidak terhingga menuju moderanitas. Pemerintah
colonial Belanda juga membentuk Volksraad (Dewan Rakyat) yang sejumlah tokoh
Indonesia bergabung di dalalmnya.
2.Pers Membawa Kemajuan
Awal abad ke 20, para priyayi baru
menuangkan gagasannya melalui pers (media cetak) mengenai isu-isu perubahan
yang di populerkan yaitu terkait dengan peningkatan status social rakyat
bumiputra dan peningkatan kehidupan di bidang siosial, ekonomi, budaya dan
politik. Pada dekade itu ditandai dengan jumlah penerbitan surat kabar berbahas
melayu yang mengalami peningkatan. Orang-orang pertama yang aktif dalam dunia
pers saat itu adalah orang Indo seperti H.C.O. Clockener Brousson dari Bintang
Hindia, E.F Wigger dari Bintang Baru, dan G. Francis dari Pemberitaan Betawi.
Penertib Tionghoa yang menjadikan pertumbuhan surat kabar berkembang pesat. R.
Tirtodanudja dan R. Mohammad Jusuf. Keduanya adalah redaktur sinar Djawa, yang
dituliskan Honh Thaji Kwee Khaij Khee.
Ketua
majalah bulanan insulinde adalah Dja Endar Muda, seorang wartawan keturunan
Tapanuli yang telah menerbitkan surat kabar Pertja Barat dan majalah bulanan
berbahasa Batak, Tapian Nauli. Majalah itulah yang pertama memperkenalkan
slogan “kemajuan” dan “Zaman Maju”.
Majalah
itu tidak saja memuat artikel tentang bangsa Hindia Belanda, akan tetapi juga
memuat tentang berita Asia dan Eropa.
Beberapa surat kabar yang kemudian
membawa kemajuan bagi kalangan peribumi yaitu Medan Prijaji (1909-1917) dan
juga terbitan wanita pertama yang terbit berkala yaitu Poetri Hindia
(1908-1913). Editornya adalah R.M. Tirtoadisurya memuat tentang tulisannya,
bahwa untuk memperbaiki status dagang “pedagang bangsa islam”, perlu ada
organisasi yang anggota-anggotanya terdiri atas para pedagang sehingga “orang
kecil tidak bias dikalahkan karena mereka bersatu”. Ia di kenal sebagai pendiri
sarekat dagang islamijah atau lebih di kenal dengan SDI ( syarekat dagang
islam).
Pada
perkembangannya SDI mengubah dirinya menjadi SI (Syarekat Islam) dengan pemimpin
HJ. Samanhudin. Sementara itu anak-anak muda berpendidikan barat di Padang
menerbitkan majalah perempuan Soeara Perempuan (1918) dengan semboyan Vrijheid
yang berarti kemerdekaan bagi anak perempuan untuk ikut dalam kemajuan tanpa
hamabatan adat yang mengekang. Pers Bumiputra mempunyai fungsi untuk mobilisasi
pergerakan nasional pada saat itu. Sinar Djawa memuat tentang perlunya rakyat
kecil untuk terus menunutut ilmu setinggi mungkin. Memuat dua hal penting,
yaitu tentang “bangsawan usul” (keluarga raja-raja) dan “bangsawan pikiran” (
memiliki gelar).
Surat kabar yang paling mendapat
perhatian pemerintah colonial saat itu adalah De Express yang memuat
berita-berita propaganda ide-ide radikal dan kritis terhadap system pemerintah
colonial. Puncaknya didirikan Comite tot Herdenking van Nederlands
Honderdjarige Vrijheid yang di sebut Komite Boemipoetera (1913). Tujuannya
untuk mengumpulkan dana dari rakyat untuk mendukung perayaan kemerdekaan
Belanda dan mengkritik tindakan pemerintahan colonial yang merayakan
kemerdekaannya di tanah jajahan dengan mencari dana dukungan dari rakyat.
Kritik tajam yang terdapat di brosur yang
berjudul Als Ik Eens Nederlans Was. Pemerintahan kolonil menilai tulisan itu
dengan menghasut rakyat untuk melawan pemerintah. Seorang jurnalis bumiputra
yang gigih memperjuangkan kebebasan pers di kenal denga nama Semaun. Ia
mengkritik beberapa kebijakan colonial melalui Sinar Hindia. Kritikannya
mengenaia Haatzaai Artiklen, yang menurutnya sebagai saranan untuk membungkam
rakyat dan melindungu kekuasaan colonial dan kapitalis asing.
3.Modernisme dan Reformasi Islam
Semangat
kebangkitan juga didorong oleh gerakan modernis Islam. Semangat modernisme
itu berlandaskan pada pencarian nilai-nilai yang mengarah pada kemajuan dan
pengetahuan. Modernisme di artikan sebagai cara berpikir dengan peradaban
barat, dengan merujuk upaya mengejar ketertinggalan mendasar etnik kepada agama
Islam.
Gerakan
reformasi Islam telah di rintis sumatera barat pada abat ke-19 yang berlanjut
ke Jawa dan berbagai daerah lainnya. Pada abad ke-19 gerakan itu menekankan
pada, gerakan salafi melawan kaum adat pada abad ke-20 menekankan pada
pencarian etnik modernitas, untuk melawan tradisionalisme dan kemunduran umat
Islam. Pada awal abad ke-20, empat ulama muda Minangkabau kembali dari menuntut
ilmu di Mekah. Mereka adalah :
·Syeikh
Muhammad Taher Jamaludin (1900)
·Syeikh Muhammad
Jamil Jambek (1903)
·Haji.
Abdul Karim Amrullah (1906)
·Haji.
Abdullah Achmad ( 1899)
Mereka
ber-empat menyebarkan Gerakan pembaharuan dengan menggunakan majalah al-imam,
untuk keluar dari Minangkabau. Di samping itu al-imam memuat ajaran agama dan
peristiwa penting di dunia.
Hj.
Abdullah Achmad yang mendirikan majalah al-munir pada tahun 1909 untuk
menyebarkan agama Islam yang di anggap sesungguhnya. Haji. Abdul Kamrim
Amrullah mulai menumbuhkan kesadaran akan perlunya perubahan metode pengajaran
dan system pendidikan tradisional menjadi lebih modern. Sementara itu berdiri
pula sekolah dinniyah di padang pada tahun 1915.
B.
Perjuangan Organisasi Pergerakan Kebangsaan
Pada awal abad ke-20, di Nusantara muncul
berbagai kelompok dan organisasi yang memliliki konsep nasionalisme, seperti
Sarekat Dagang Islam, Budi Utomo, Jong Java, Jong Cabeles, Jong Minahasan, Jong
Sumatranen Bond, dan lainnya. Munculnya organisasi-organisasi itu mendanai fase
perubahan perlawanan fisik kedaerahan menjadi perlawanan terhadap pemerintah
Kolonial
Belanda.
a.
Budi Utomo
Organisasi Budi Utomo (BU) didirikan pada
tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa STOVIA di Batavia dengan Sutomo sebagai
ketuanya. Terbentuknya organisasi tersebut atas ide dr. Wahidin Sudirohusodo
yang sebelumnya telah berkeliling Jawa untuk menawarkan idenya membentuk
Studiefounds.
Gagasan
Studiesfounds bertujuan untuk menghimpun dana guna memberikan beasiswa bagi
pelajar yang berprestasi, namun tidak mampu melanjutnya studinya. Gagasan itu
tidak terwujud, tetapi gagasan itu melahirkan Budi Utomo. Tujuan Budi
Utomo adalah memajukan pengajaran dan kebudayaan.
Pemerintah
Hindia Belanda mengakui BU sebagai organisasi yang sah pada Desember 1909.
Dukungan dari Pemerintah Hindia Belanda ini tidak lain sebagai bagian dari
pelaksanaan Politik Etis. BU mulai kehilangan wibawanya pada tahun 1935,
organisasi itu bergabung dengan organisasi lain menjadi Partai Indonesia Raya
(Parindra). Keberadaan BO memberikan inspirasi untuk organisasi-organisasi
modern lainnya, seperti Jong Sumatra, Jong Ambon, Sedio Tomo, Muhammadiyah, dan
lain-lain.
b.
Serekat Islam
Pada mulanya SI lahir karena adanya
dorongan dari R.M. Tirtoadisuryo seorang bangsawan, wartawan, dan pedagang dari
Solo. Tahun 1909, ia mendirikan perkumpulan dagang yang bernama Sarekat Dagang
Islam (SDI). Perkumpulan itu bertujuan untuk memberikan bantuan pada para
pedagang pribumi agar dapat bersaing dengan pedagang Cina. Kegelisahan
Tirtoadisuryo itu diutarakan pada H. Samanhudi. Atas dorongan itu H. Samanhudi
mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo (1911). Pada mulanya SI bertujuan untuk
kesejahteraan sosial dan persamaan sosial. Mula-mula SI merupakan gerakan
sosial ekonomi tanpa menghiraukan masalah kolonialisme. Jelaslah bahwa tujuan
utama SDI adalah melindungi kegiatan ekonomi pedagang Islam agar dapat terus
bersaing dengan pengusaha Cina. Agama Islam digunakan sebagai faktor pengikat
dan penyatu kekuatan pedagang Islam yang saat itu juga mendapat tekanan dan
kurang diperhatikan dari pemerintah kolonial. SDI selanjutnya dipimpin oleh
Haji Umar Said Cokroaminoto. Cokroaminoto dikenal sebagai seorang orator yang
cakap dan bijak, kemampuannya berorator itu memikat anggota-anggotanya. Di
bawah kepemimpinannya diletakkan dasar-dasar baru yang bertujuan untuk
memajukan semangat dagang bangsa Indonesia. SDI kemudian berubah nama menjadi
Sarekat Islam (SI) pada tahun 1913.
Pada
kongres SI yang pertama, tanggal 26 Januari 1913, dalam pidatonya di Kebun
Bintang Surabaya, ia menegaskan bahwa tujuan SI adalah menghidupkan jiwa dagang
bangsa Indonesia, memperkuat ekonomi pribumi agar mampu bersaing dengan bangsa
asing.
Ketika
pemerintah kolonial mengijinkan berdirinya partai politik, SI yang semula
merupakan organisasi nonpolitik berubah menjadi partai politik. SI mengirimkan
wakilnya dalam Volksraad(Dewan Rakyat) dan memegang peran penting dalam
Radicale Concentratie,yaitu gabungan perkumpulan yang bersifat radikal. SI juga
aktif mengorganisasi perkumpulan buruh. Dalam suatu pembukaan rapat
Volksraadmasih terekam dalam ingatan bersama kaum terpelajar bumiputera tentang
Janji November (November Beloofte).
Aktivitas SI yang lebih mengutamakan
politik tidak disetujui oleh sebagian anggotanya. Mereka menginginkan SI lebih
banyak memperhatikan masalah-masalah keagamaan. Dalam kondisi itu, SI
memutuskan untuik bekerja sama dengan pemerintahan kolonial dan berganti nama
menjadi Partai Sarekat Islam. Sehubungan dengan semakin luasnyasemangat persatuan
setelah Sumpah Pemuda, nama tersebut diubah menjadi Partai Serikat Islam
Indonesia (PSII) pad tahun 1930 dengan ketuanya Haji Agus Salim.
c.Indische
Partij (IP)
Indische Partij berdiri di Bandung pada
tanggal 25 Desember 1912. organisasi ini juga dimaksudkan sebagai pengganti
organisasi Indische Bond, sebagai organisasi kaum Indo dan Eropa di Indonesia
yang didirikan pada tahun 1898. Ketiga tokoh pendiri Indische Partij dikenal
sebagai tiga serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker(Danudirja Setiabudhi), Cipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryadiningrat( Ki Hajar Dewantara). Indische Partij,
yang berdasarkan golongan Indo yang makmur, merupakan partai pertama yang
menuntut kemerdekaan Indonesia.
Partai ini berusaha didaftarkan status
badan hukumnya pada pemerintah kolonial Hindia Belanda tetapi ditolak pada
tanggal 11 Maret 1913, penolakan dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg
sebagai wakil pemerintah Belanda di negara jajahan. Alasan penolakkannya adalah
karena organisasi ini dianggap oleh pemerintah kolonial saat itu dapat
membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan bergerak dalam sebuah kesatuan untuk
menentang pemerintah kolonial Belanda.
Pada
tahun 1913 partai ini dilarang karena tuntutan kemerdekaan itu, dan sebagian
besar anggotanya berkumpul lagi dalam Serikat Insulinde dan Comite Boemi
Poetra.
2.Organisasi Keagamaan
a.Muhammadiyah
Keberadaan organisasi BU telah memberikan
inspirasi kepada KH Ahmad Dahlan untuk mendirikan sebuah orgaisasi yang
bersifat modern bernama Muhammadiyah. Organisasi yang didirikan Ahmad Dahlan
pada 18 November 1912, bercirikan organisasi sosial, pendidikan, dan keagamaan.
Salah satu tujuan pendirian Muhammadiyah adalah memurnikan ajaran Islam. Islam
seharusnya bersumber pada Al-Quran dan Al-Hadis. Tindakannya adalah amar makruf
nahimunkar, atau mengajak hal yang baik dan mencegah hal yang jelek.
b.Nahdlatul
Ulama (NU)
Pembaruan
Islam yang dilakukan di kota-kota mendorong kaum tua yang ingin mempertahankan
tradisi mereka untuk mendirikan organisasi. Reaksi positif dari golongan
tradisionalisme adalah lahirnya organisasi di kalangan mereka. Saat itu
kebetulan bertepatan dengan akan dilakukannya Kongres Islam sedunia (1926), di
Hijaz. Para ulama terkemuka saat itu kemudian membentuk lembaga yang bernama
Jam’iyatul Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 1926, di Surabaya. Sebagai
pendiri organisasi ini adalah Kyai Haji Hasyim Ashari dan sejumlah ulama
lainnya. Organisasi itu berpegang teguh pada Ahlusunnah wal jam’ah. Tujuan
organisasi ini terkait dengan masalah sosial, ekonomi, dan pendidikan.
c.Organisasi
Islam Lainnya
·Al-Irsyad,
didirikan oleh Syekh Ahmad Surkati
·Sumatra
Thawalib, didirikan oleh kalangan pemuda Sumatra Barat
·Persatuan
Tarbiyah Islamiyah, didirikan oleh ulama-ulama di Sumatera Barat
·Persatuan
Islam (PERSIS) di Bandung
d.Majelis
Islam Ala Indonesia (MIAI)
MIAI
merupakan gabungan dari organisasi politik dan beberapa organisasi massa yang
bersifat moderat terhadap Belanda. Golongan Muslim yang tergabung dalam
organisasi memilih sikap nonkooperasi terhadap pemerintahan kolonial. Saat
Jepang berkuasa, organisasi ini mendapat kelonggaran menjalankan aktivitasnya,
sementara aktivitas organisasi yang lain dilarang. Karena MIAI dipandang
sebagai organisasi yang anti barat. Suatu ketika seluruh pemuka agama diundang
oleh Gunsikan, Mayor Jenderal Okazaki ke Jakarta.
3.Organisasi Pemuda
Pada
kalangan pemuda berkembang berbagai gerakan untuk membebaskan tanah air dari
penjajahan. Tri Koro Dharmo, didirikan di Jakarta pada 7 Maret 1915. Organisasi
itu didirikan di Gedung Kebangkitan Nasional dengan ketua dr. Satiman
Wiryosanjoyo.
Pemuda
Sumatera juga mendirikan persatuan pemuda Sumatera yang dikenal dengan Jong
Sumatera Bond. Organisasi itu dirikan pada 1917, di Jakarta. Persatuan itu
bertujuan untuk memperkukuh hubungan antarpelajar yang berasal dari Sumatera.
juga menumbuhkan kesadaran di antara anggotanya, dan membangkitkan kesenian
Sumatera. Tokohnya adalah Moh. Hatta dan Moh. Yamin.
Pada
tahun 1912, berdiri organisasi Putri Mardika di Jakarta. Organisasi itu
bertujuan untuk membantu bimbingan dan penerangan pada gadis bumiputera dalam
menuntut pelajaran dan mengemukakan pendapat dimuka umum, serta memperbaiki
hidup wanita sebagai manusia yang mulia.
Beberapa
tokoh yang pernah duduk dalam kepengurusan Putri Mardika, yaitu Sabaruddin, R.A
Sutinah, Joyo Pranoto, Rr. Rukmini, dan Sadikun Tondokusumo.
Kartini
Fonds, didirikan atas usaha Ny. C. Th. Van Deventer, seorang penasehat Politik
Etis. Perkumpulan itu didirikan pada 1912 dengan tujuan untuk mendirikan
sekolah Kartini. Pada tahun 1913- 1915 berdiri berbagai organisasi wanita,
terutama di Jawa dan Minangkabau.
Seiring
meningkatnya pendidikan pada kaum perempuan, semakin meningkat pula
perkumpulan-perkumpulan wanita. Mereka tidak saja bergerak dalam bidang
pendidikan, tetapi juga di bidang sosial.
5.Partai Komunis Indonesia
Partai
ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet pada 1914,
dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) atau Persatuan
Sosial Demokrat Hindia Belanda). Keanggotaan awal ISDV pada dasarnya terdiri
atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu SDAP (Partai Buruh
Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang aktif di Hindia
Belanda
Pada
Oktober 101 SM ISDV mulai aktif dalam penerbitan dalam bahasa Belanda,
"Het Vrije Woord" (Kata yang Merdeka). Editornya adalah Adolf Baars.
Pada
saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu,
ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu hanya tiga
orang yang merupakan warga pribumi Indonesia. Namun demikian, partai ini dengan
cepat berkembang menjadi radikal dan anti kapitalis. Di bawah pimpinan
Sneevliet partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP di Belanda, dan
yang menjauhkan diri dari ISDV. Pada 1917, kelompok reformis dari ISDV
memisahkan diri dan membentuk partainya sendiri, yaitu Partai Demokrat Sosial
Hindia.
Pada
1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa Melayu, "Soeara
Merdeka".
Di
bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober seperti yang
terjadi di Rusia harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil mendapatkan
pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut Belanda yang ditempatkan di
Hindia Belanda. Dibentuklah "Pengawal Merah" dan dalam waktu tiga
bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada akhir 1917, para tentara
dan pelaut itu memberontak di Surabaya, sebuah pangkalan angkatan laut utama di
Indonesia saat itu, dan membentuk sebuah dewan soviet. Para penguasa kolonial
menindas dewan-dewan soviet di Surabaya dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim
kembali ke Belanda, termasuk Sneevliet. Para pemimpin pemberontakan di kalangan
militer Belanda dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun.
ISDV
terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak di bawah tanah.
Organisasi ini kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang lain, Soeara Ra’jat.
Setelah sejumlah kader Belanda dikeluarkan dengan paksa, ditambah dengan
pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan organisasi ini pun mulai
berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas orang Indonesia.
6.Perhimpunan Indonesia: ManifestoPolitik
Pada
awal abad ke-20, para pelajar Hindia yang berada di Belanda mendirikan
organisasi yang bernama Indische Vereniging(1908), yaitu perkumpulan Hindia,
yang beranggotakan orang-orang Hindia, Cina dan Belanda. Organisasi itu
didirikan oleh R.M Notosuroto, R. Panji Sostrokartono, dan R. Husein
Jajadiningrat. Organisasi itu juga menerbitkan majalah yang diberi nama Hindia
Putera.
PI
menjadi organisasi politik yang semakin disegani karena pengaruh Moh. Hatta. Di
bawah pimpinan Hatta, PI berkembang dengan pesat dan merangsang para mahasiswa
yang ada di Belanda untuk terus memikirkan kemerdekaan tanah airnya.
Aktivitas
politik PI tidak saja dilakukan di Belanda dan Indonesia, juga dilakukan secara
internasional. Mahasiswa secara teratur melakukan diskusi dan melakukan kritik
terhadap pemerintah Belanda. PI juga menuntut kemerdekaan Indonesia dengan
segera. Dengan demikian jelaslah bahwa Perhimpunan Indonesia merupakan
manifesto politik pergerakan Indonesia.
7.Taman Siswa
Azas Taman Siswa adalah “Ing
Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut wuri Hkamuyani”.Artinya,
“guru di depan harus memberi contoh atau teladan, di tengah harus bisa menjalin
kerjasama, dan di belakang harus memberi motivasi atau dorongan kepada para
siswanya.” Azas ini masih relevan dan penting dalam dunia pendidikan.
8.Organisasi Buruh
Pada bulan Agustus 1918, Suryopranoto
membentuk gerakan kaum buruh bernama Prawiro Pandojo ing Joedoatau Arbeidsleger
(tentara buruh) yang merupakan cabang dari Adhi Dharma. Organisasi ini
didirikan sebagai dampak dari terjadinya aksi perlawanan kaum buruh pabrik gula
di Padokan (sekarang pabrik gula Madukismo), Bantul, Yogyakarta. Bulan November
1918, Suryopranoto mendeklarasikan berdirinya Personeel
Fabriek Bond (PFB) yang beranggotakan
buruh tetap, Perkumpulan Tani dan koperasi yang kemudian lazim disebut sebagai
Sarekat Tani dengan anggota kuli kencengatau pemilik tanah yang disewa pabrik,
serta Perserikatan Kaoem Boeroeh Oemoem (PKBO) yang beranggotakan buruh
musiman. PFB didirikan untuk membela kepentingan kaum buruh yang terus
mengalami penindasan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pada saat itu para pelajar dan pemuda
terdidik itu mempunyai pandangan dengan cara tersendiri terhadap dunia mereka.
Cara pandangan baru itulah yang membuka wawasan dan politik modern yang menjadi
cikal bakal pergerakan bangsa dan tumbuhnya nasionalisme saat itu. Hal itu
ditandai dengan munculnya berbagai organisasi pergerakan baik lokal maupun
nasional. Berbagai organisasi itu misalnya Sarekat Prijaji, Sarekat Dagang
Islam, dan National-Indische Partij, di Jawa ada organisasi pemuda Budi Utomo,
Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Munculnya organisasi pemuda itu
mendorong pemuda-pemuda dari suku bangsa lain itu juga mendirikan organisasi
kepemudaan seperti Jong Sumatranen Bond, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong
Minahasa.
B.Saran
Kita sebagai generasi muda harus
mempunyai semangat yang tinggi seperti pemuda-pemuda pada zaman Belanda, yaitu
semangat dalam belajar. Kita juga tidak boleh melupakan perjuangan mereka, kita
bisa memperingati peristiwa sumpah pemuda setiap tanggal 28 oktober untuk menghormati
perjuangan para pemuda pada zaman dulu. Sehingga kita dapat membangun jati diri
bangsa Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Mashud, “Membangun jati diri bangsa indonesia”.27 Agustus 2015.http://www.slideshare.net/mashud94jkt/membangun-jati-diri-bangsa-indonesia.
Tohir,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar